Program studi Teknik Lingkungan Universitas Airlangga (UNAIR) kembali menggelar kuliah tamu sebagai bagian dari program DECOTA (Video Conferencing with Universitas Airlangga) pada hari Sabtu (20/11) lalu. Kuliah tamu ini dihadiri oleh kepala program studi, dosen pengajar, mahasiswa Teknik Lingkungan UNAIR, serta Prof. Ir. Dr. Siti Rozaimah Sheikh Abdullah dari Departemen Chemical & Process Engineering, Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) sebagai dosen tamu yang diundang. Prof. Siti—yang merupakan dosen pengajar senior di kampus asalnya—memutuskan untuk berbagi ilmu terkait limbah dan upaya mengurangi, mengatasi, bahkan mengolah kembali limbah-limbah yang dihasilkan.

Sebelum kegiatan kuliah tamu dimulai, Dr. Eko Prasetyo Kuncoro, S.T., DEA. sebagai kepala program studi Teknik Lingkungan memberi sambutan singkat kepada Prof. Siti. Beliau berharap ilmu ini nantinya dapat diaplikasikan oleh mahasiswa UNAIR sebagai upaya menggencarkan prinsip circular economy yang berkelanjutan. Setelah sesi pembukaan, Prof. Siti memaparkan tentang perkenalan singkat terkait limbah (waste) beserta bentuk-bentuk yang sering dijumpai. Beliau menyatakan bahwa limbah berasal dari kita, manusia, dan pada akhirnya akan kembali lagi pada kita. Dampak buruk yang muncul akibat limbah dapat mempengaruhi manusia dan makhluk hidup lainnya apabila tidak diolah sedemikian rupa.

Selain memperkenalkan bentuk-bentuk limbah yang sudah sering ditemui, Prof. Siti juga memaparkan bentuk polutan baru, yaitu micropollutants yang menjadi masalah terbaru di bidang lingkungan baru-baru ini. Polutan ini sangat berbahaya karena ukurannya yang sangat kecil dan jumlahnya yang berlimpah, terutama dari produk-produk domestik, obat-obatan, dan logam.

“Di Malaysia, (micropollutants) ini belum diregulasi,”ujar Prof. Siti pada saat menerangkan terkait polutan Contaminant of Emerging Concerns (CECs) itu.

Sama seperti di Indonesia, upaya untuk mengatur polutan ini sebagai bagian dari peraturan perundang-undangan masih sangat sukar dilakukan di Malaysia maupun negara-negara berkembang lainnya. Maka dari itu, Prof. Siti menekankan bahwa upaya terbaik adalah mengeliminasi, mengurangi, bahkan memakai kembali bahan-bahan sisa ini dibanding mengolah dan membuangnya begitu saja.

Di zaman serba berkelanjutan (sustainable) ini, sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) oleh PBB, prinsip-prinsip yang menekankan penggunaan kembali limbah-limbah (waste recovery) semakin banyak dan beragam. Salah satu di antara prinsip tersebut adalah berlakunya circular economy alih-alih linear economy, di mana limbah atau sisa yang dikeluarkan oleh proses produksi akan digunakan kembali sebagai sumber energi. Contoh ini dapat dilihat di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), yaitu secondary products yang dihasilkan dari sludge hasil olahan.

Prof. Siti juga memberikan contoh yang serupa, tetapi beliau berpendapat bahwa waste water treatment plant (WWTP) sudah merupakan konsep yang kuno dan tidak sejalan dengan prinsip recovery. WWTP seharusnya disebut dengan istilah “resource recovery facility (RRF)”, karena hasil olahannya merupakan bahan yang dapat digunakan kembali. Selain RRF, Prof. Siti juga memaparkan terkait green technology yang dapat digunakan untuk mengolah kembali limbah-limbah keluaran industri. Salah satu di antara teknologi tersebut adalah fitoremediasi menggunakan tanaman.

Setelah sesi pemaparan, Prof. Siti membuka sesi diskusi serta tanya jawab yang diikuti secara aktif oleh mahasiswa Teknik Lingkungan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, seperti penggunaan galon air minum sekali pakai, teknologi canggih untuk mengurangi micropollutants, dan lain sebagainya. Setelah berlangsungnya sesi diskusi, kuliah tamu bagian pertama ini resmi ditutup, dan akan dilanjutkan di bagian ke dua pada Sabtu (27/11) yang akan datang.

Penulis: Diah Aldina Khairunnisa