Sebagai salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia Universitas Airlangga (UNAIR) kerap meluncurkan inovasi terdepan, termasuk dalam bidang lingkungan. Pada hari Selasa (7/6), UNAIR meresmikan inovasi terbarunya yaitu Rumah Kompos bersama Kelompok Studi Lingkungan (KSL) program studi Teknik Lingkungan, Fakultas Sains dan Teknologi. Instalasi yang terletak di seberang gedung Fakultas Farmasi ini merupakan pusat pengomposan terobosan Direktorat Logistik Keamanan Ketertiban dan Lingkungan (LKKL) yang berfungsi untuk mengolah sampah-sampah organik dari berbagai fasilitas di Universitas Airlangga.
Sebagai satu-satunya kelompok studi di bidang lingkungan yang digerakkan oleh tenaga mahasiswa, KSL UNAIR menjadi kepercayaan Universitas Airlangga untuk menjadi pengelola dari Rumah Kompos. Menurut Azra Rhea, Ketua KSL periode ini, KSL memiliki program kerja yang sejalan dengan tujuan hadirnya Rumah Kompos. Dengan amanat dari Ilham Meizar, S.T., alumni program studi Teknik Lingkungan, akhirnya KSL ikut andil dalam pengoperasian Rumah Kompos sehari-hari.
“KSL berperan dalam membersihkan Rumah Kompos, membuat kompos, memberikan pemaparan terkait Rumah Kompos (jika ada kunjungan dari luar), melakukan penelitian terhadap kompos yang dihasilkan, dan melakukan inovasi agar pupuk kompos yang dihasilkan berbeda dengan yang ada di pasaran,” jelas Azra ketika diwawancarai pada Rabu (8/6) lalu.
Di dalam Rumah Kompos ini, terdapat tiga proses utama yaitu pemilahan, pencacahan, dan pengadukan. Bermacam fasilitas yang hadir di dalam instalasi ini adalah bak penampung untuk teknik windrow composting yang dibagi menjadi empat bak berdasarkan kadar air dan pH. Selain itu, proses pembuatan kompos dengan teknik ini juga menggunakan bantuan ragi atau bakteri starter untuk proses fermentasi. Sebelum digunakan, kompos yang telah diproses didinginkan terlebih dahulu dengan cara penjemuran selama satu hari. Selain fasilitas composting, Rumah Kompos ini juga dilengkapi oleh turbin angin sebagai sumber tenaga listrik keseluruhan fasilitas di dalamnya.
Rumah Kompos ini merupakan penemuan yang tidak baru, tetapi patut diapresiasi karena implementasinya yang berlandaskan pada prinsip Kampus Hijau (Green Campus) untuk mengurangi sampah, limbah, dan emisi di area universitas.
“Harapannya semoga KSL bisa menjadikan rumah kompos sebagai media edukasi, menambah pengalaman dan juga branding. Selain itu, diharapkan anggota KSL dapat menghasilkan sebuah karya ilmiah dari rumah kompos ini. Jadi, anggota KSL tidak hanya membuat kompos tetapi memberikan inovasi untuk kompos yang dihasilkan. Semoga kerja sama ini dapat berlanjut hingga kepengurusan KSL di tahun-tahun yang akan datang,” tutup Azra.
Tim Penulis HMTL