Fakultas Sains dan Teknologi (FST) terkenal sebagai salah satu fakultas dengan kolaborasi riset terbanyak di Universitas Airlangga (UNAIR). Kali ini, kolaborasi riset dilakukan oleh empat mahasiswa tingkat akhir program studi S-1 Teknik Lingkungan dengan Delft University of Technology (TU Delft) di Belanda.

Keempat mahasiswa ini di antaranya Julia Alfianita, Martantry Istaningrum, Terry Aviano, dan Mochamad Ilham, serta dosen pengajar Dr. Nurina Fitriani, S.T. sebagai pembimbing. Kolaborasi riset yang dilakukan di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. L.C. Rietveld, Kepala Department of Water Management, Faculty of Civil Engineering and Geosciences, TU Delft.

Fokus utama dari riset tersebut ialah efektivitas nanomembran dan perlakuan lainnya untuk menyisihkan polutan dari badan air sungai. Topik ini sangat relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian di Indonesia sejak dahulu yaitu pencemaran sungai. Selain bekerjasama dengan dosen dari TU Delft, kolaborasi riset ini juga dibimbing oleh salah satu dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Ir. Eddy Setiadi Soedjono Dipl.SE.M.Sc, Ph.D.

Hari-hari di Belanda dilalui oleh keempat mahasiswa ini dengan berbagai kegiatan, salah satunya adalah kunjungan langsung ke laboratorium di TU Delft. “Laboratorium di sini banyak jenisnya. Contohnya, di fakultas ini ada red lab, blue lab, green lab, dan lain-lain,” ujar Julia ketika diwawancari via WhatsApp pada Senin (22/8).

Selain kunjungan di sekitar TU Delft, keempat mahasiswa UNAIR ini juga tak jarang menemukan cultrure shock ketika sedang menjalani riset. Hal tersebut ditemukan dari hal-hal paling sederhana, contohnya kebiasaan orang di sekitar, yaitu bersepeda. “Di sini, mayoritas orang-orang memakai sepeda. Saat berkendara di malam hari, lampu sepeda harus dinyalakan. Bahkan, perlengkapan sepeda benar-benar dijaga, seperti rem, kunci, dan lampu.” ungkap mahasiswa angkatan 2019 itu.

Budaya di lingkungan sekitar kampus juga cukup berbeda dari Indonesia. Di Belanda, penggunaan pakaian saat berkuliah cukup kasual dan santai. “Kalau kuliah di sini juga santai, boleh memakai celana pendek, kaos, dan sandal. Kalau memanggil dosen, terutama mahasiswa PhD, biasanya langsung memanggil nama tanpa gelar ‘prof.’,” lanjutnya sumringah.

Perlu diketahui bahwa kolaborasi riset ini merupakan kegiatan pertukaran yang beda dari biasanya. Pada agenda ini, mahasiswa UNAIR dibimbing langsung oleh profesor dari TU Delft. Perbimbingan ini tentu menambah wawasan yang sangat luas dengan cara melihat langsung perbandingan kasus dan penanganan masalah lingkungan di negara Belanda.

Kegiatan kerjasama di bidang riset ini dilakukan pada rentang tanggal 10 Agustus hingga 8 September 2022. Adanya kolaborasi riset ini membuka kesempatan-kesempatan lain di masa depan bagi mahasiswa dan civitas akademika FST UNAIR untuk belajar dari universitas dan negara lain.

Penulis: Diah Aldina Khairunnisa (HMTL UNAIR)